Malam Mencekam di Teheran: WNI Cerita Pengalaman Menakutkan Saat Israel Bombardir Iran

itram.net – Malam yang seharusnya berjalan tenang di Teheran berubah menjadi penuh teror ketika Israel meluncurkan serangan udara ke beberapa titik strategis di Iran. Di tengah ledakan dan kepanikan, warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di kota itu menghadapi momen-momen mendebarkan yang akan terus membekas dalam ingatan mereka.

Pada tanggal 22 Juni 2025, militer Israel menggempur sejumlah target militer di Iran. Serangan ini disebut sebagai balasan atas aksi kelompok bersenjata yang diyakini mendapat dukungan dari Iran. Akibatnya, suasana di Teheran langsung berubah drastis—dari tenang menjadi penuh kepanikan. WNI yang tinggal di kota tersebut turut merasakan dampak langsung dari situasi genting ini.

Ketakutan dan Kepanikan Menyebar

Budi Santoso, seorang pekerja konstruksi asal Indonesia, menceritakan detik-detik ketika serangan pertama terjadi. Saat itu, ia sedang berada di apartemen. “Ledakan pertama membuat jantung saya hampir berhenti. Saya spontan berlari ke ruang tamu dan tiarap di lantai, berharap semua cepat berlalu,” tuturnya dengan nada masih gemetar.

Sementara itu, Siti Aminah, mahasiswa asal Indonesia yang sedang menempuh studi di Universitas Teheran, mengalami kepanikan serupa. Suara ledakan tiba-tiba memecah keheningan malam ketika ia sedang belajar. “Saya langsung panik dan sembunyi di bawah meja. Pikiran saya kosong. Rasanya seperti sedang berada dalam mimpi buruk,” ungkapnya.

Bukan hanya suara ledakan yang menggentarkan, tetapi juga ketidakpastian yang menyertainya. Banyak warga, termasuk para WNI, tidak mengetahui seberapa luas dampak serangan dan harus membuat keputusan cepat tentang bagaimana menyelamatkan diri.

Sebagai langkah darurat, pemerintah Iran segera mengaktifkan sistem peringatan dini. Mereka juga meminta warga untuk tetap berada di dalam rumah dan mencari perlindungan di tempat-tempat aman. Langkah ini diambil untuk mencegah jatuhnya korban sipil dan menjaga ketertiban di tengah kekacauan.

Di sisi lain, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Teheran langsung bergerak cepat. Duta Besar Indonesia, Budi Santoso, menyampaikan bahwa pihaknya telah menghubungi seluruh WNI yang terdaftar dan memberikan panduan menghadapi keadaan darurat. “Kami aktif mengirimkan informasi melalui berbagai saluran komunikasi. Yang paling penting adalah memastikan semua WNI selamat dan mendapat bantuan jika dibutuhkan,” jelasnya.

Selain itu, KBRI juga menyiapkan skenario evakuasi jika kondisi di lapangan terus memburuk. Upaya tersebut menunjukkan kesiapsiagaan pemerintah slot bet 200 dalam melindungi warga negaranya di luar negeri.

Peristiwa ini menjadi pengingat keras bahwa situasi geopolitik di Timur Tengah bisa berubah sewaktu-waktu. Meskipun WNI berada jauh dari garis depan konflik, mereka tetap harus bersiap menghadapi risiko yang muncul secara tiba-tiba.

Kisah Budi dan Siti menggambarkan betapa pentingnya kewaspadaan dan komunikasi yang baik antara pemerintah dan warga negara di luar negeri. Meski traumatis, mereka bersyukur bisa melalui malam itu dengan selamat.

Lebih lanjut, pengalaman ini juga mempertegas pentingnya peran diplomatik dan perlindungan warga negara oleh kedutaan. Dukungan informasi yang cepat dan tepat mampu memberi rasa aman bagi WNI di tengah situasi yang tak menentu.

By admin